WHAT'S NEW?
Loading...

8 Miskonsepsi yang Kerap Ada di Dunia Pekerjaan - Part 8

Pekerjaan dengan gaji besar akan membuatmu bahagia

Miskonsepsi Dunia Pekerjaan - Gaji Besar
Faktanya: Besaran gaji belum tentu membawa kepuasan karier.

Saya tidak menyanggah bahwa setiap orang pasti akan mencari sebuah pekerjaan dengan gaji yang besar, atau paling tidak “cukup” untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (tentu saja, “cukup” di sini sangatlah relatif). Akan tetapi, besaran gaji yang kamu dapatkan dari sebuah perusahaan bukanlah satu-satunya faktor yang akan menjadi pertimbanganmu ketika sedang memilih sebuah karier. Berbagai survei menunjukkan bahwa uang tidak dapat menentukan kepuasan kerja seseorang.
 http://sewakantorsurabaya.com/
Bagi beberapa orang, menikmati apa yang mereka lakukan di tempat pekerjaan jauh lebih penting dari sekadar gaji lebih besar. Walau begitu, kita tidak dapat mengesampingkan pendapatan ketika sedang mempertimbangkan sebuah pekerjaan. Kamu harus meyakinkan dirimu kembali bahwa pekerjaan yang kamu pilih dapat membayar tagihan bulanan kamu serta membiayai gaya hidup yang kamu inginkan.



 http://sewakantorsurabaya.com/


8 Miskonsepsi yang Kerap Ada di Dunia Pekerjaan - Part 7

Pilihlah pekerjaan yang “aman” untukmu

Miskonsepsi Dunia Pekerjaan - Pekerjaan yang
Faktanya: Tidak ada pekerjaan yang benar-benar “aman”.

Sesaat sebelum saya lulus SMA, orang tua saya pernah menyuruh untuk mengambil bidang studi akuntansi di salah satu perguruan tinggi negeri ternama. Alasan ini cukup berdasar, karena akuntan adalah salah satu profesi yang dibutuhkan di hampir semua industri. Tetapi setelah melihat video ini, mungkin ada benarnya juga saya menolak saran orang tua saya dengan berkuliah ilmu komputer.
 http://sewakantorsurabaya.com/
Dengan pesatnya perkembangan teknologi, beberapa pekerjaan yang awalnya dianggap paling dibutuhkan bisa jadi akan diambil alih oleh para robot dan kecerdasan buatan di masa depan. Saya tidak berusaha untuk mematahkan keinginan kamu untuk memilih sebuah profesi yang kamu inginkan, tetapi hal ini dapat dijadikan pertimbangan ketika sedang memilih pekerjaan. Juga, sebaiknya dalam memilih karir kamu jangan terpengaruh kepada popularitas sebuah profesi, tetapi hendaknya pilihan profesi tersebut kamu ambil berdasarkan passion kamu.

https://pengusahamahasiswa.blogspot.com/2017/07/8-miskonsepsi-yang-kerap-ada-di-dunia_16.html


 http://sewakantorsurabaya.com/


8 Miskonsepsi yang Kerap Ada di Dunia Pekerjaan - Part 6

Kamu tidak dapat menghasilkan uang dari hobi yang kamu lakukan

Miskonsepsi Dunia Pekerjaan - Pekerjaan dari hobi
Faktanya: Apa pun bisa menghasilkan, asalkan kamu mencoba.

Dulu, sebagian besar orang tua selalu memarahi kita apabila terlalu lama bermain video game atau pulang ke rumah dengan kaki berlumpur akibat bermain sepak bola. Kini, menjadi seorang atlit esport atau pemain sepakbola adalah beberapa profesi dengan gaji yang cukup menggiurkan.
 http://sewakantorsurabaya.com/
Jadi, opini bahwa hobi tidak dapat menghasilkan uang tidaklah berlaku. Ketika sedang memilih jalur karier, adalah hal yang sangat masuk akal apabila kamu memilih pekerjaan yang nyaman untuk kamu lakukan, bahkan di waktu luang sekalipun—seperti hobi.

Hanya saja, kamu harus mencari tahu informasi tentang pekerjaan tersebut, sama seperti ketika kamu mencari informasi dari pekerjaan lainnya. Yakinkan kembali bahwa pekerjaan itu cocok dengan kamu. Ketahui betul perbedaannya, ketika kamu melakukan hobi hanya untuk bersenang-senang dan hobi untuk menyambung hidup.

https://pengusahamahasiswa.blogspot.com/2017/07/8-miskonsepsi-yang-kerap-ada-di-dunia_55.html


 http://sewakantorsurabaya.com/


8 Miskonsepsi yang Kerap Ada di Dunia Pekerjaan - Part 5

Mungkin saya harus menunggu hingga pekerjaan impian datang kepada saya

Miskonsepsi Dunia Pekerjaan - Menunggu Pekerjaan Impian
Faktanya: Menunda untuk berkarier sama saja membuang waktu.

Walau kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan yang benar-benar ideal denganmu selalu ada, jangan sampai keinginan tersebut menunda-nunda keinginanmu berkarier. Jangan karena kamu belum melihat kesempatan untuk sebuah profesi idaman malah menjadikanmu melewatkan berbagai tawaran menarik, yang mungkin saja memberikan peluang lebih besar untukmu untuk bersinar.
 http://sewakantorsurabaya.com/
Sambil menunggu pekerjaan yang tepat, kamu dapat mengambil kesempatan lain sembari mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang profesi idaman kamu. Semakin banyak informasi yang kamu kumpulkan tentang profesi tersebut, semakin kamu akan bijak dalam memutuskan karir mana yang ingin kamu tempuh.

https://pengusahamahasiswa.blogspot.com/2017/07/8-miskonsepsi-yang-kerap-ada-di-dunia_82.html


 http://sewakantorsurabaya.com/


8 Miskonsepsi yang Kerap Ada di Dunia Pekerjaan - Part 4

“Si A terlihat senang dengan pekerjaan barunya. Saya jadi ingin punya pekerjaan seperti dia…”

Miskonsepsi Dunia Pekerjaan - Kamu Bukan Dia
Faktanya: Kamu bukan si A. Setiap orang memiliki kriteria tersendiri tentang pekerjaan idaman.

Setiap orang memiliki preferensi yang berbeda-beda, termasuk cara mereka dalam memilih profesi idaman. Sebuah profesi mungkin dapat terlihat cocok bagi seseorang, tetapi belum tentu orang lain juga mendapatkan kecocokan yang sama meski kamu memiliki banyak kesamaan dengan orang tersebut.
 http://sewakantorsurabaya.com/
Apabila kamu mengenal seseorang dengan jalur karier yang menarik, cobalah untuk mengetahui detail dari profesi tersebut dari deskripsi pekerjaannya, kemampuan yang dibutuhkan, serta permintaan pasar terhadap profesi tersebut. Selanjutnya, cocokkan beberapa kriteria tersebut dengan preferensi yang kamu punya dan segeralah putuskan, apa kamu akan mencobanya atau tidak.

https://pengusahamahasiswa.blogspot.com/2017/07/8-miskonsepsi-yang-kerap-ada-di-dunia_7.html


 http://sewakantorsurabaya.com/


8 Miskonsepsi yang Kerap Ada di Dunia Pekerjaan - Part 3

Saya harus mengambil gelar S2 agar karier saya lancar

Miskonsepsi Dunia Pekerjaan - Harus Ambil S2
Faktanya: Semua orang, dengan tingkat pendidikan apa pun, dapat bekerja di mana saja selama mereka memiliki pengalaman.

Banyak yang salah kaprah dengan mitos ini. Kebanyakan lulusan S1 melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang S2 (Master) dengan asumsi bahwa tingkat tersebut akan membawa mereka meraih pekerjaan yang mereka inginkan. Padahal faktanya, kebanyakan perusahaan—terutama startup—tidak terlalu mementingkan latar belakang bidang studi dari seorang kandidat.

read also

Jadi, kuliah enggak penting dong? Jangan langsung berasumsi seperti itu. Perkuliahan akan menyiapkanmu dengan berbagai keterampilan yang akan berguna ketika kamu memasuki dunia kerja. Tetapi ada hal lain yang jauh lebih penting dari ilmu yang kamu dapat di kampus, yaitu kemampuan dan pengalaman kerjamu.

http://sewakantorsurabaya.com/


Perusahaan akan melihat pengalaman kerja kamu, termasuk dari kerja paruh waktu atau saat magang, dan kemampuanmu ketimbang tingkat pendidikan yang kamu miliki, walaupun sebagian besar perusahaan masih ada yang percaya dengan latar belakang pendidikan.

https://pengusahamahasiswa.blogspot.com/2017/07/8-miskonsepsi-yang-kerap-ada-di-dunia_34.html


 http://sewakantorsurabaya.com/


8 Miskonsepsi yang Kerap Ada di Dunia Pekerjaan - Part 2

Jurusan seni, sosial, dan eksakta biasanya kurang terpakai di dunia kerja

Miskonsepsi Dunia Pekerjaan - Jurusan Seni dan Sosial
Faktanya: Semua lulusan dapat bekerja di bidang apa pun yang mereka inginkan.

Lulusan seni dan sosial justru lebih unggul di aspek komunikasi interpersonal dan kemampuan berpikir kritis. Selain itu mereka juga memiliki kemampuan lain seperti analisis dan public speaking yang baik.

Sementara bagi para lulusan bidang eksakta, mereka memiliki kemampuan untuk dapat berpikir logis dan terstruktur. Kemampuan yang mereka miliki ini dinamakan transferable skill, yang artinya kemampuan mereka tersebut telah berhasil mereka pelajari dan dapat diaplikasikan di berbagai bidang.

http://sewakantorsurabaya.com/

Para lulusan seni dapat bekerja sebagai seorang desainer, penulis, bahkan menjadi seorang art director untuk sebuah brand. 

Walaupun lulusan ilmu sosial mungkin merasa bahwa mereka kesulitan untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang mereka, hal ini dikarenakan para lulusan ini kurang berani untuk mencari tantangan baru. Padahal dengan kemampuan interpersonal yang mereka miliki, mereka dapat masuk ke ranah manapun.

https://pengusahamahasiswa.blogspot.com/2017/07/8-miskonsepsi-yang-kerap-ada-di-dunia_11.html





http://sewakantorsurabaya.com/


8 Miskonsepsi yang Kerap Ada di Dunia Pekerjaan - Part 1

Delapan miskonsepsi tersebut adalah:

Memilih jalur karier adalah sebuah perkara yang terbilang sulit, baik bagi para mahasiswa maupun profesional sekalipun. Memilih karier, apabila dilakukan secara sembarangan, dapat membuat pekerjaan yang kamu pilih menjadi sebuah hal yang tidak menyenangkan untuk dilakukan.

Hal inilah yang patut untuk kamu hindari. Untuk memiliki sebuah jalur karier yang memuaskan, kamu harus mengetahui beberapa hal yang akan membantumu memilih karier serta profesi yang tepat.

Pada artikel kali ini, saya ingin mengupas beberapa “mitos” populer yang berkaitan dengan dunia pekerjaan, serta fakta yang akan mematahkan asumsi salah tentang pemilihan profesi serta karier tersebut.


Pekerjaanmu harus sesuai dengan bidang kuliah

Miskonsepsi Dunia Pekerjaan - Sesuai Bidang Kuliah
Faktanya: Jurusan kuliah tidak akan menentukan profesi kamu. Kamu sendiri yang menentukannya.

Sejujurnya, hal ini terjadi pada beberapa karyawan Tech in Asia. Ada yang dahulu berkuliah ilmu komputer, namun berakhir menjadi seorang Business Development Hustler. Bahkan ada juga yang dulu berkuliah ilmu fisika, kini menjadi bagian dari tim Research.


Saya sendiri dulu berkuliah ilmu komputer, namun pada akhirnya saya memilih untuk menjadi seorang penulis. Siapa pun dapat mengejar pekerjaan impian mereka tanpa terbatas bidang studi apa yang diambil.

Akan tetapi, asumsi ini tidak berlaku jika kamu berencana untuk bekerja di bidang yang membutuhkan kemampuan yang spesifik, seperti psikiater atau dokter ahli, karena profesi seperti ini membutuhkan sertifikasi profesional. Selebihnya, semua terserah kepadamu untuk mencari pekerjaan yang kamu inginkan.

https://pengusahamahasiswa.blogspot.com/2017/07/8-miskonsepsi-yang-kerap-ada-di-dunia_6.html


http://sewakantorsurabaya.com/


4 Kekeliruan yang Perlu Kamu Hindari dalam Mengelola Dana Investasi Startup - Part 1



Keempat hal yang perlu kamu hindari tersebut adalah:
Fase pendanaan adalah momentum krusial dalam strategi pengembangan sebuah startup. Bagaimana tidak? Meskipun tanggung jawab makin besar karena campur tangan investor, namun di sisi lain, kamu juga mendapatkan dukungan finansial yang sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi produk buatanmu.


Berapa pun besar jumlah dana yang diterima, kesalahan mengelola keuangan akan tetap selalu mengintai yang berpotensi membahayakan pertumbuhan startup kamu. Lantas apa saja kesalahan pengelolaan yang dialami para startup di luar sana? Berikut beberapa contohnya.

Menganggap pendanaan sebagai pemasukan perusahaan

Menabung | Illustration
Salah satu kesalahan yang kerap terjadi adalah menganggap pendanaan investor sebagai pemasukan bagi perusahaan. Padahal, dana segar tersebut justru merupakan beban yang harus kamu pertanggungjawabkan di kemudian hari.

Kesalahan pola pikir tersebut berpotensi mengalihkan fokus kamu dari tujuan sebenarnya, yaitu untuk mengembangkan bisnis yang terus berkembang dan bisa bertahan dalam jangka waktu lama (sustainable).

Di sisi lain, ketergantungan terhadap dana investor pun bisa menjadi sebab kejatuhan perusahaanmu di kemudian hari. Karena apabila para investor tidak mau kembali memberikan uang dan kamu pun tidak mampu mendapat pemasukan dari bisnis kamu, maka cadangan uang kamu pun akan semakin tipis seiring berjalannya waktu.



Mulai menyepelekan burn rate untuk hal-hal kecil

Burn Money | Photo
Pembuatan anggaran dengan hati-hati penting dilakukan demi memastikan startup tetap mempunyai dana yang cukup untuk terus beroperasi. Dalam proses tersebut, kamu bisa memantau dan memisahkan berapa besar jumlah uang yang masuk dan sisa modal yang bisa “dibakar” di kemudian hari.

Dengan penerimaan modal yang begitu besar dari investor, ada kalanya  seorang founder terlena hingga menyepelekan dana yang keluar, meski jumlahnya melebihi dari anggaran awal. Hal ini bisa beragam bentuknya, mulai dari perayaan dadakan bersama seluruh karyawan, pemberian imbalan berlebihan, transportasi mewah nan mahal ke luar daerah, hingga upgrade peralatan kantor yang tidak terlalu diperlukan.

Pengeluaran yang dianggap kecil seperti ini bila terus menumpuk bisa mengganggu operasional perusahaan. Pada akhirnya, sulit bagi para founder untuk mempertanggungjawabkan modal yang telah diberikan oleh para investor.


Lantas apakah artinya founder tidak boleh menyentuh modal mereka untuk hal-hal kecil seperti yang telah disebutkan tadi? Sebetulnya boleh-boleh saja, asal dikompensasi dengan pemasukan yang sesuai dari bisnis yang dijalankan.

https://pengusahamahasiswa.blogspot.com/2017/07/4-kekeliruan-yang-perlu-kamu-hindari_6.html


4 Kekeliruan yang Perlu Kamu Hindari dalam Mengelola Dana Investasi Startup - Part 2

Eksekusi pemasaran yang tidak terarah

Fail Target | Illustration
Setiap startup yang mendapat pendanaan pasti mempertimbangkan upaya pemasaran dengan nominal uang yang banyak, sebagai upaya memperkenalkan produk ke pasar sekaligus menumbuhkan basis pengguna. Namun jika tidak disertai strategi dan eksekusi yang baik, kamu bisa saja menyasar pasar yang salah dan mengeluarkan uang untuk sesuatu yang sia-sia.

Mengeksekusi kegiatan pemasaran secara “keroyokan” oleh tim inti perusahaan memang ideal bagi startup berskala kecil, terutama di awal masa-masa pertumbuhan mereka. Namun seiring dengan semakin besarnya jumlah karyawan dan media pemasaran yang ingin digunakan, akan lebih efektif bila dibuat beberapa tim pemasaran khusus dengan pembagian tugas yang jelas.


Seandainya kamu tidak memiliki waktu untuk membentuk tim pemasaran khusus, kamu juga bisa memanfaatkan jasa outsource yang berjumlah cukup banyak di luar sana. Kamu pun bisa memanfaatkan karyawan dan modal yang kamu terima untuk fokus pada pengembangan produk.


Mencampuradukkan aset perusahaan dengan personal

Monopoly House | Photo
Mencampuradukkan aset perusahaan dengan aset pribadi wajib dihindari para founder startup. Permasalahan ini muncul karena founder merasa berhak atas jerih payah yang telah ia lakukan, dan mulai ingin menikmati aset yang seharusnya menjadi milik perusahaan.

Kedisiplinan dalam memisahkan aset bisnis dan aset pribadi sangatlah penting ketika startup mengalami masa sulit. Ambil contoh ketika kamu perlu modal tambahan. Jangan gadaikan rumah pribadi milikmu, namun cari aset perusahaan yang bisa kamu gadaikan. Kalau rumahmu yang digadaikan, bisa-bisa kamu tidak hanya kehilangan startup saja, tetapi juga rumah dan aset lainnya yang menjadi hak milikmu.

https://pengusahamahasiswa.blogspot.com/2017/07/4-kekeliruan-yang-perlu-kamu-hindari.html